Sunday, March 9, 2008

EKSTRIMIS ISLAM DAN SKENARIO BESAR MENYUDUTKAN UMAT ISLAM

Banyak hal yang menyentakkan umat Islam di seluruh dunia akhir-akhir ini. Sejak terekspose-nya karikatur nabi Muhammad SAW., sampai dengan isu terorisme yang telah dihembuskan oleh media-media barat sejak konflik Arab-Israel terbentuk. Kita yang berada di belahan dunia yang jauh dari akar konflik Arab-Israel-pun kadang terhenyak; menyaksikan kebrutalan tentara Israel yang membantai anak-anak dan remaja Palestina, sementara di sisi lain gerilyawan Hezbollah (tentara Allah) terus-menerus menembakkan roket ke pemukiman sipil Israel. Sama-sama brutal? Atau inikah realita perang?

Jika saya menanyakan pada anda tentang perlunya perang ini terjadi barangkali anda akan kesulitan memberikan jawaban yang cerdas. Seperti halnya saya. Tapi biarlah… biar tidak terlalu kelihatan bodo-bodo amat mari kita singkirkan pertanyaan itu dan bikin pertanyaan lain.

Apakah perang itu sengaja diadakan? Dan untuk apa?

Maksud saya begini: apakah gerilyawan Hezbollah itu benar-benar sehebat itu sehingga Israel yang merupakan angkatan bersenjata terkuat di Timur Tengah tak kunjung selesai menuntaskan perlawanannya? Terus dari mana para Gerilyawan itu mendapat supplai senjata? Amunisi? Dana perang? Apakah sumbangan dari negara-negara Islam tetangga-tetangganya? Terus apa untungnya negara-negara itu menyumbang gerombolan milisi yang belum tentu bakal menang?

Barangkali dugaan saya benar, mereka (gerilyawan itu) tidak benar-benar ada. Barangkali orang Israel sendiri yang menembakkan roket-roket itu agar tentara Israel punya alasan yang masuk akal untuk menembakkan rudal-rudal-nya ke Jalur Gaza, demi mengusir warga Arab dan membentuk pemukiman Yahudi sebagai bagian dari skenario zionisme?

Entahlah…

Mendengar kata perang, Israel dan Hezbollah tentu tak akan lepas dari kata ekstremisme Islam. Padahal menurut saya rangkaian kata ekstremisme Islam tidak tepat menggambarkan keadaan di percaturan kehidupan politik Arab-Israel. Saya lebih suka menggunakan kata nasionalisme Arab daripada ekstremisme Islam.

Begini maksud saya, semua bermula dari tekad bangsa Israel yang akan tinggal dan mendirikan negara Israel raya di Jerusalem (zionisme berasal dari kata Tzion yang berarti kota Jerusalem –correct me if I’m wrong). Jika anda googling sedikit dengan kata kunci zionisme pasti akan menemukan bahwa zionisme bukanlah dimulai sejak perang Arab-Israel tahun 1940-an yang membentuk negara Israel, jauh sebelum itu sejak tahuna 1800-an orang-orang Yahudi kaya sudah berusaha membeli tanah-tanah di kota Jerusalem yang dimiliki warga Arab Palestina. Bahkan dengan harga tinggi.

Tapi tampaknya skenario damai ini (dengan cara membeli tanah) tidak membuahkan hasil, dan selanjutnya entah kenapa tiba-tiba terjadilah perang Arab-Israel yang terkenal itu. Dan lahirlah negara Israel yang kita lihat sekarang ini.

Lalu kenapa menjadi nasionalisme Arab? Ide zionisme boleh saja dihembuskan kuat-kuat, boleh saja dianut oleh setengah dari penduduk dunia, boleh saja diajarkan di bangku-bangku sekolah sebagai kurikulum wajib, akan tetapi jangan ambil tanah-tanah di Palestina yang merupakan milik bangsa Arab. Boleh saja orang-orang Israel itu bikin negara seluas apa –mau setengah dari bumi ini, terserah! Tapi jangan di Jerusalem karena itu milik bangsa Arab yang sudah mendiami tempat itu jauh sebelum orang Israel datang. Begitulah paradigma itu meluas di kalangan bangsa Arab, dan itulah yang saya maksudkan dengan nasionalisme Arab.

Lalu kenapa menjadi ekstremisme Islam? Atau radikalisme Islam?

Orang Arab identik dengan Islam. Budaya Arab adalah budaya Islam. Cara hidup Arab adalah cara hidup Islam. Pergaulan Arab adalah pergaulan Islam. Dan paradigma politik bangsa Arab pasti dipengaruhi ajaran Islam. Meskipun tidak seluruhnya benar –bahkan mungkin salah- tapi itulah yang ada dalam pikiran kebanyakan orang non-Arab dan non-Islam. Celakanya kota Jerusalem yang menjadi primadona adalah kota suci umat Islam selain Makkah dan Madinah, bahkan yang bereaksi sangat keras dalam menentang pendudukan Israel adalah orang Arab-Muslim. Maka perjuangan nasionalisme orang Arab yang membela tanah tumpah darahnya menjadi rancu dengan perjuangan kaum agamawan Islam yang mempertahankan kota suci Jerusalem.

Perang selalu membawa kegetiran dan kesedihan dimana-mana. Juga kemarahan dan dendam. Seluruh dunia saya yakin juga mempunyai pemikiran demikian dalam menentang konflik Arab-Israel. Lagi-lagi jari telunjuk dunia seharusnya mengarah ke arah Israel sebagai agresor. Seharusnya kaum zionisme Israel yang disalahkan atas terbunuhnya warga sipil, anak-anak dan kaum wanita. Tapi itu tidak boleh terjadi! Jika itu sampai terjadi maka itu berarti kekalahan Israel.

Sekali lagi itu tidak boleh terjadi!

Israel seolah berkata; korban yang sebegitu banyaknya dikarenakan warga Arab melawan tentara-tentara Israel. Dan kenapa mereka melawan; alasannya satu karena orang-orang Arab itu Islam. Dan Islam mengajarkan peperangan, jihad dan berbunuh-bunuhan. Lihat saja video para martir (pengebom bunuh diri), pasti mereka bersyahadat dan bertakbir dulu sebelum melakukan serangan. Islam (atau Arab) juga tidak toleran karena tidak membiarkan kami mendirikan negara di tanah orang Palestina. Mereka (orang Islam, atau Arab atau Islam begitu saja) tidak mau hidup berdampingan dengan orang Israel di negara Israel bekas tanah mereka.

Maka salahkan Islam karena menyebabkan korban di kalangan anak-anak, wanita dan warga sipil. Salahkan Islam karena membuat perang ini berkepanjangan. Salahkan Islam karena menuntun rudal-rudal Israel ke rumah-rumah orang Arab. Salahkan Islam karena mengajarkan orang mempunyai sikap tak takut mati. Salahkan Islam yang membuat wanita dan anak-anak memasang bahan peledak di rompi mereka dan meledakkannya ketika ada konvoi tentara Israel. Dan sebarkan ke seluruh dunia berita ini. Beri ia judul; ekstremisme Islam!

Begitulah, lalu orang terbius dan mengganggukkan kepala menyadari betapa mengerikannya ajaran Islam itu. Lalu orang mulai sibuk membandingkan Islam dengan agamanya sendiri. Lalu mulailah ia merasa sok pintar. Merasa menemukan sesuatu yang tidak disadari oleh 2 miliyaar teriliyuun (inget Thukul) kepala penganut Islam. Lalu ditularkannya interpretasinya itu kepada tetangga-tetangganya, saudara-saudaranya, teman-teman kerja, pengemis di jalan, pedagang di pasar dan ke seluruh dunia.

Lalu orang mulai meninggalkan Islam. Lalu orang Arab juga. Dan kemenangan nampak di pelupuk mata bangsa zionis.

Sekian.

No comments: